Tak Hanya Sekali

Pernahkah kaumerasa
Kakimu begitu ringan ‘tuk melangkah
Namun kepalamu penuh sesak dengan memori
Yang membuat langkahmu sangat berat tiba-tiba?
Pernahkah kau merasa
Tiba-tiba kaumerindukan semua orang
Tapi kau tak mampu memilah
Siapa yang tak seharusnya kaurindukan? 
Pernahkah kaumerasa kuat dan lemah
di saat yang bersamaan? 
Merasa ingin bersembunyi
namun juga ingin sekali terbang bebas? 
Pernahkah juga kaumerasa mencintai
Tapi tak merasa cukup dicintai? 
Dan pernahkah kausadari
Bahwa itu semua tak hanya sekali?

tentang

ceritakan kepadaku

tentangmu
tentang nada yang melantun merdu
dan senyummu waktu itu

ceritakan kepadaku

tentang pagi yang kausapa
tentang langit merah yang kausebut senja
dan malammu yang selalu terjaga

ceritakan kepadaku

tentang kisah yang tak bermula
tentang rasa yang tak mampu berkata
dan waktu yang berjalan selamanya

ceritakan kepadaku

tentang kita
dan semua yang sementara

Hujan

Kamu suka hujan?
Aku tidak

Tapi aku suka bau wewangian tanah yang mengiringinya
Aku suka mendung langit yang menyambutnya

Hanya saja
Aku benci berisik titik-titik airnya yang jatuh
Aku benci berisik petirnya beradu pilu

Berisik, iya berisik sekali

Berisik seperti kenangan yang berjejalan di dalam kepalaku
Yang berebutan ingin keluar tak kenal waktu

Dan kemudian mengambil alih semuanya

(Bandung, 11 Nov 2014, ketika hujan)

Gerhana

Bulan,

Apa kabar?

Aku tak pernah memperhatikanmu seperti malam itu sebelumnya. Aku masih ingat apa fasemu, seberapa terang cahayamu, bahkan seberapa banyak bercak di permukaanmu.

Lalu sejak saat itu, setiap malam aku selalu memandang langit.
Mencarimu. Bertanya-tanya, apa fasemu malam ini..

Dan malam ini kau purnama. Gerhana katanya.

Dulu, orang memandang langit untuk menentukan waktu. Mengamati bintang untuk menentukan musim, arah, dan cuaca. Mungkin hal itu masih dilakukan hingga sekarang. 

Iya, seperti aku saat ini, yang selalu mencarimu, untuk menghitung sudah berapa lama waktuku berjalan. Untuk menghitung sudah berapa banyak waktu yang aku habiskan untuk mengenang hingga semua memori itu menipis, aus, dan usang pada akhirnya.

Memori yang selalu membawaku ke masa di mana aku pertama kali jatuh cinta pada fase sabitmu. Masa di mana aku bisa memandangmu dari sudut jendela yang masih kurindu..


Iya, masih, sayangnya masih..

Lalu sekarang, apa kau sudah siap untuk gerhana?

kalau aku? sudah..



“Try to imagine a life without timekeeping. You probably can’t. You know the month, the year, the day of the week. There is a clock on your wall or the dashboard of your car. You have a schedule, a calendar, a time for dinner or a movie. Yet all around you, timekeeping is ignored. Birds are not late. A dog does not check its watch. Deer do not fret over passing birthdays. An alone measures time. Man alone chimes the hour. And, because of this, man alone suffers a paralyzing fear that no other creature endures. A fear of time running out.” ― Mitch Albom, The Time Keeper