“Sudah lama aku ingin punya ‘separador de vagina‘. Ini ada yang terbuat dari kayu, lucu. Aku beli, ya?” kataku suatu sore.
Mendengar apa kataku barusan, raut mukamu sontak kaget bukan main. “Hah?!?! Apa??? Separador de vagina???” (zoom in zoom out bak adegan sinetron).
Kamu bingung, aku pun makin bingung.
Namun, tak lama …. Ahhh …. Ulala, lagi-lagi aku keseleo lidah gara-gara salah ucap “página(s)” jadi “vagina“. Jadi, alih-alih “separador de páginas” (pemisah atau—dalam konteks ini adalah— penahan halaman buku), aku mengatakan “separador de vagina” (yang tentu saja artinya adalah penahan vagina).
“Hahahaha, bukan. Maksudku separador de páginas. Itu lho, yang buat menahan halaman buku biar tetap terbuka pas kita baca,” kataku sambil tertawa ngakak dan geli membayangkan “separador de vagina” betulan.
“Oooh, bukan yang itu ya,” katamu sambil ketawa nyengir.